Beranda | Artikel
Penjelasan Rukun Iman
Senin, 25 Februari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Penjelasan Rukun Iman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة  (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 13 Jumadal Akhirah 1440 H / 18 Februari 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Makna dan Konsekuensi Syahadat Anna Muhammadan Rasulullah

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Penjelasan Rukun Iman

Kita telah sampai pelajaran ketiga dari pelajaran penting untuk segenap umat. Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah, “Pelajaran ketiga adalah rukun-rukun iman. Dan rukun-rukun iman ada 6. Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-rasulNya, kepada hari akhir yaitu hari kiamat, juga engkau beriman terhadap takdir baik dan takdir buruk.”

Iman adalah tujuan yang paling besar, karunia yang paling agung yang dengan keimanan ini seorang hamba akan hidup dengan kehidupan bahagia di dunia ini. Dan ia akan mendapatkan pahala yang besar dan nikmat yang tidak akan ada putusnya di akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾

Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]: 97)

Dan buah-buah keimanan serta pengaruh-pengaruhnya terhadap seorang hamba di dunia dan di akhirat sangat banyak dan tidak mungkin untuk hitung. Bahkan seluruh kebaikan yang didapatkan seorang hamba di dunia dan di akhirat dan semua keburukan yang terhalangi darinya di dunia dan di akhirat itu semua adalah buah dan pengaruh-pengaruh keimanan yang baik.

Iman adalah nikmat serta karunia yang sangat besar dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan nikmat ini akan diberikan oleh Allah kepada siapa yang Ia kehendaki dari hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿٧﴾ فَضْلًا مِّنَ اللَّـهِ وَنِعْمَةً ۚ وَاللَّـهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٨﴾

Akan tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hujurat[49]: 7-8)

Juga Allah berfirman:

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُل لَّا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُم ۖ بَلِ اللَّـهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿١٧﴾

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.” (QS. Al-Hujurat[49]: 17)

Juga firman Allah:

فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٦٤﴾

Kalaulah bukan dari karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah[2]: 64)

Dan ayat-ayat yang senada dengan ini sangat banyak sekali.

Iman ini dibangun di atas enam pokok-pokok yang sangat kuat yang tidak akan tegak keimanan kecuali dengan pokok-pokok tersebut. Karena sesungguhnya permisalan pokok-pokok ini dengan keimanan seperti permisalan pondasi untuk sebuah bangunan. Dan seperti permisalan akar untuk sebuah pohon. Dan ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّـهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ﴿٢٤﴾ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّـهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ﴿٢٥﴾

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim[14]: 24-25)

Ini adalah permisalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan untuk hamba-hambaNya. Dan Allah ‘Azza wa Jalla mengajak mereka untuk mentafakkuri permisalan-permisalan tersebut dalam menjelaskan keimanan dan pokok-pokoknya. Juga yang berkaitan dengan cabang-cabang keimanan dan buah-buah yang dihasilkan dari keimanan tersebut di dunia dan di akhirat.

Inti dari ayat yang kita bacakan tadi adalah Firman Allah أَصْلُهَا ثَابِتٌ (akarnya sangat kuat). Sebagaimana sebuah pohon tidak akan tegak kecuali dengan akar-akar yang kuat, begitu juga keimanan tidak akan tegak sebuah keimanan kecuali keimanan tersebut dibangun diatas pokok-pokok dan rukun-rukun yang kuat.

Sebagaimana apabila sebuah pohon dicabut akarnya akan mati, begitu pula keimanan. Jika pokoknya hilang, maka hilang keimanan tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٥﴾

Dan barangsiapa kufur terhadap keimanan, maka akan terhapus seluruh amalannya dan di akhirat nanti dia termasuk orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah[5]: 5)

Maka seluruh amalan, seluruh ketaatan, seluruh ibadah tidak akan diterima kecuali dibangun diatas iman yang shahih, iman yang benar, aqidah yang kuat, yang tertancap di dalam hati. D an iman dengan pokok-pokoknya yang kuat, dialah yang akan membenarkan suatu amalan. Dan tidak akan diterima suatu amalan kecuali dengan keimanan. Dalilnya adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا ﴿١٩﴾

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia beriman, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra[17]: 19)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,” (QS. An-Nahl[16]: 97)

Dan ayat-ayat yang semakna dengan ayat ini sangat banyak sekali.

Dan telah disebutkan dalam Al-Kitab dan Sunnah bahwasanya iman ini dibangun diatas enam perkara. Dan kita telah mengetahui bahwasanya rukun itu adalah bagian dari sesuatu yang paling kuat, yang tidak akan tegak sesuatu tersebut kecuali dengan rukun tersebut.

Maka rukun-rukun iman adalah tiang-tiang keimanan, pokok-pokoknya yang dengannya keimanan itu dibangun. Maka tidak akan tegak suatu keimana kecuali dengan pokok-pokok yang enam. Dan pokok-pokok yang enam ini telah datang penjelasannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-RasulNya, kepada hari akhir, juga beriman terhadap takdir baik dan takdir buruk.

Dan seluruh para Nabi sepakat. Dari Nabi yang pertama sampai Nabi yang terakhir, semua mengajak untuk mengimani rukun Iman yang enam. Dan bahkan seluruh ajakan para Nabi terpusat pada enam pokok perkara ini. Juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Para Nabi itu seperti anak sebapak, ibunya berbeda akan tetapi agama mereka satu.” (HR. Muslim)

Yaitu aqidah mereka satu, pokok-pokok agama mereka satu. Maka dari sini para ulama mengatakan bahwasanya perkara-perkara aqidah itu tidak akan dihapus baik itu syariat Nabi yang satu atau dari satu Nabi ke Nabi yang lain. Yang akan dihapus hanyalah yang berkaitan dengan hukum-hukum syariat. Karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

Setiap umat mempunyai syariat dan manhaj sendiri-sendiri.” (QS. Al-Maidah[5]: 48)

Adapun aqidah, maka seluruh Nabi aqidahnya satu. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan apa yang Allah ceritakan dari berita-berita para Nabi dan dakwah mereka, juga pokok-pokok yang dibangun diatasnya dakwah para Nabi, mereka akan melihat bahwasanya pokok-pokok dakwah mereka nampak dalam dakwah para Nabi. Yaitu pokok-pokok yang kita sebutkan tadi.

Pokok-pokok keimanan ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, tidak bisa dipisahkan sebagian dari sebagian yang lain. Ketika seorang beriman kepada sebagian pokok-pokok keimanan, maka ia pun harus beriman kepada sebagian yang lain. Dan mengingkari sebagian dari pokok-pokok keimanan ini sama dengan mengingkari semuanya.

Maka agama yang benar tidak akan tegak kecuali dibangun diatas pokok-pokok ini seluruhnya. Dan barangsiapa yang tidak beriman dengan satu saja dari pokok-pokok ini, berarti dia tidak beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, imannya telah batal, amalan-amalannya terhapus dan di akhirat nanti dia termasuk orang yang merugi. Maka perumpamaan pokok-pokok ini dengan keimanan seperti yang telah disebutkan tadi, seperti akar-akar dengan pohonnya. Perhatikan seandainya ada satu pohon yang dicabut akarnya, bagaimana keadaan pohon tersebut? Tentu ia akan mati.

Begitu pula dengan keimanan. Jika salah satu dari pokok keimanan ini tidak diimani, tidak tegak, maka tidak akan dianggap iman tersebut.

Penjelasan tentang rukun-rukun iman ini ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan seorang hamba yang senantiasa memperhatikan dan membaca Al-Qur’an dan Sunnah, berusaha memahaminya, mentadabburinya, maka ia akan semakin paham dengan pokok-pokok dan rukun-rukun iman ini. Dan para manusia bertingkat-tingkat dalam keimanan mereka sesuai dengan tingkatan mereka dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Semakin besar perhatian seorang hamba mempelajari Al-Qur’an dan as-Sunnah, akan semakin kuat pula keimanan yang ada dalam hatinya dan akan semakin hilang syubhat-syubhat yang sering dilemparkan setan kepada hati manusia. Dan akan bertambah keimanannya, dan semakin mantap.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ﴿١٢٤﴾ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ﴿١٢٥﴾

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]: 124-125)

Juga Al-Qur’an Al-Karim, telah dijelaskan dalam kitab tersebut rukun-rukun keimanan dengan penjelasan yang sangat jelas, baik penjelasan secara global maupun penjelasan secara terperinci. Demikian juga dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah dijelaskan perkara pokok-pokok keimanan dengan sangat jelas. Maka mari kita berusaha mempelajari satu persatu ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang pokok-pokok keimanan.

Ayat yang pertama yang menjelaskan tentang pokok-pokok keimanan yaitu ayat yang tertera dalam awal surat Al-Baqarah yang mana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ﴿٤﴾ أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥﴾

Petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah[2]: 3)

Disebutkan dalam ayat ayat tersebut, rukun-rukun iman, pokok-pokok keimanan. Yang mana sifat orang-orang bertaqwa yaitu mereka beriman terhadap pokok-pokok keimanan tersebut. Maka dari sini kita ketahui bahwa pokok ketaqwaan yang dibangun diatasnya ketakwaan yaitu ketaqwaan yang dibangun di atas keyakinan, akidah yang benar yaitu dengan cara mengimani rukun-rukun dan pokok-pokok keimanan yang dibangun diatasnya keimana tersebut.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

“Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib

Yaitu mereka yang beriman terhadap semua yang tidak mereka lihat yang telah dikabarkan oleh para Rasul. Dan ini adalah ciri keimanan yang paling sempurna. Sampai sahabat Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan, “Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia, tidaklah seorang beriman terhadap sesuatu yang lebih utama daripada keimanan kita terhadap sesuatu yang ghaib.”

Maka perhatikan sifat yang agung ini yang Allah sifatkan hamba-hambaNya yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang beriman terhadap hal yang ghaib. Maka keimanan yang benar yaitu keimanan yang tidak terhenti pada hal-hal yang dapat dirasakan oleh pancaindra saja. Karena banyak dari manusia yang tidak beriman kecuali apa yang mereka bisa rasakan dengan panca indranya. Dan panca indra itu hanya ada lima. Apa yang dirasakan dengan lisan, yang dicium dengan mulut, yang didengar, yang dilihat dan disentuh.

Adapun yang tidak bisa mereka lihat, rasakan dengan panca indra mereka, maka mereka tidak beriman kepadanya bahkan mengingkarinya. Adapun orang Mukmin yang sejati, ia mempunyai pokok yang agung ini. Yaitu beriman terhadap semua yang ghaib yang telah dikabarkan oleh Rasul-Rasul yang diutus oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Dan tentu masuk dalam perkara yang ghaib ini adalah pokok-pokok atau rukun-rukun iman semuanya.

Simak pada menit ke-26:39

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Penjelasan Rukun Iman


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46704-penjelasan-rukun-iman/